Oleh Soetjipto Wirosardjono
“Sebagaimana dahulu kaum koloniale reaktie mencap segala pergerakan kebangsaan dan kemerdekaan di Indonesia sebagai Komunis” ( Muhammad Hatta; 28-5-1938)
Ketika hari hari pertama Presiden Habibie menapakkan Langkah untuk membentuk pemerintahan, melancarkan program penyelamatan ekonomi,ada dua hal yang diakui sebagai berasal dari gagasan orisinal pribadinya, yg memang sungguh menyimpang dari conventional wisdom Orde Baru.
Pertama, mengeluarkan Gubernur Bank Indonesia dari dalam Kabinet, agar sebagai bank sentral . dalam mengembangkan visi dan misinya BI terbebas dari campur tangan pemerintah Ketika merumuskan kebijaksanaan moneter dan menetapkan suku bunga bank dan pengalokasian kreditnya.
Kedua, menetapkan ekonomi kerakyatan sebagai orientasi barunya. Sebagai anggota Kabinet Pembangunan. Selama lebih dari 20 th niscaya Habibie leluasa menyaksikan proses pengambilan keputusan selama lebih dari 2 dekade. Kecerdasan dan kepekaan nuraninya merekam di antara keputusan kabinet yg dampaknya ternyata telah menjerumuskan negara ke dalam krisis ini. Bagaimana krisis perbankan bermula, niscaya Habibie dapat menyaksikan anggota kabinet yang sedang bergairah membangun itu dulu berlomba bikin program yang di duga akan mendorong pertumbuhan dan pemerataan Pembangunan. Padahal selaku intelektual dan entrepreneur ia mestinya dapat dg mudah bersaksi, beberapa usulan pembiayaan itu menyimpan niat yg busuk dari swasta kroni dan pejabat atau lebih buat sekedar melayani rengekan kerabat pejabat yang diperalat swasta busuk. Tetapi kenapa Habibie, sebagai seorang yg mengaku tergerak hatinya membela ekonomi rakyat, tiba-tiba memekik slogan usang yang mudah mengundang tuduhan bahwa pemerintahannya sedang mencari kambing hitam seperti jaman kolonial dalam mengatasi kemelut yang dihadapinya.
Kebangkitan Kembali komunisme, orang Indonesia dewasa mengenalinya sebagai momok yang sejak jaman kolonial Belanda sampai jaman Orde Baru selalu dijadikan dasar buat membenarkan Tindakan Tindakan represif ditujukan sasaran musuh negara’.
“yang saya maksud adalah Gerakan komunisme,marxisme, leninisme yg merupakan Gerakan;doktrin yg bertentangandg falsafah Pancasila,” ujar Habibie menjelaskan pernyataan ttg adanya Gerakan Komunisme, marhaenisme dan sosialis (Komas) yg menginginkan disintegrasi bangsa.” Ada keinginan yg menggebu dari fihak tertentu untuk memunculkan semacam gagasan Nasakom dengan pendekatan baru!” ujar Menteri Pemuda dan Olah raga,Agung Laksono, sbg pembantu Presiden yg memberi penjelasan pernyataan Habibie itu dengan memasukkan juga unsur agama, dalihnya ‘karena Masyarakat beragama itu umumnya sangat berjiwa sosial’
Karena polemik sdh dibuka,maka seorang cendekiawan muslim tanggap.”Bukankah konsep Nasakom dg pendekatan baru itu yg dipakai oleh Golkar lama dg memasukkan unsur unsur jalur A,jalur B dan jalur G.”
Inti ajaran Nasakom menurut Bung Karno sang penggagas awalnya adalah ‘samen bundeling van alle revolusionaire krachten’ yakni menghimpun semua kekuatan revolusioner untuk mencapai tujuan nasional. Kalau saja Bung Karno masih hidup niscaya akan menyebut jalur-jalur dlm Golkar lama adalah alle reaksionaire krachten buat menghadang pembaruan.
Karena Presiden sdh memberi isyarat agar polemic dihentikan,sebaiknya dicari sumber causa prima kegaduhan politik yg amat mengganggu ini. Demi kemanusiaan dan dlm rangka komitmen Habibie guna memerintah dg akal sehat dan termasuk di dalamnya tekad buat menegakkan HAM.
Tahanan politik dibebaskan termasuk narapidana politik kasus G 30 S/PKI. Sekeluar dari penjara, mereka menggunakan hak asasi dan kebebasannya untuk ‘meluruskan’ semua hal yg mereka sangka bengkok dan zalim.
Pramudya Ananta Tur, sastrawan terkemuka bekas aktivis Lekra pergi ke AS dg sambutan amat hangat. Niscaya ia berkesempatan luas ‘mengadukan’ naibnya dan kawan kawannya eks Pulau Buru pada Masyarakat dan pemerintah dunia bebas yang dimusuhinya secara ideologis.
Letkol Latief dan Boengkoes mengancam akan membuat buku putih yang akan menjelaskan duduk perkara sebenarnya peristiwa G30S, khususnya pada malam 30 September 1965 itu. Betulkah Latief sdh melapor kpd Soeharto sore hari sebelum pahlawan revolusi diculik diniharinya. Betulkah tidak ada penyiksaan di Lubang Buaya dulu sebelum dieksekusi? Betulkah tidak ada friksi dlm pimpinan AD saat itu yg bisa menjadi sebab penculikan pimpinan AD Jendral Yani dan asistennya ‘dibiarkan’. Hal ini sedikit terungkap Ketika beberapa putri dan menantu almarhum Jendral Yani minta bertemu Pak Harto di jalan Cendana dan membuat penjelasan soal itu. Padahal sebelumnya anak lakinya sudah bersaksi bahwa jasad ayahnya saat itu diseret dibawa keluar pintu, tatkala sdh ditembak mati oleh penculik. Jendral Nasution pun membuat pernyataan pers ihwal perlunya kewaspadaan pada kemungkinan adanya balas dendam PKI.
Pimpinan AURI sdh menyetujui untuk Menyusun data dan fakta fakta obyektif baru untuk menunjukkan AURI dari dulu sepenuhnya setia pada sumpah prajurit dan sapta margais, secara tidak langsung bisa justru jadi akan mengungkap siapa sebenarnya yang tidak tunduk perintah atasan.
Kalau mereka benar membuat Upaya pelurusan Sejarah itu niscaya sejumlah saksi masih ada yang hidup dan akan kooperatif mengungkap kebenaran. Mantan pimpinan Gerwani yg baru dilepas merencanakan menghitung ulang berapa sebenarnya korban peristiwa G30S itu dan siapa saja mereka? Angka sementara yang dihimpun Sulami dari berbagai sumber, jumlahnya menegakkan bulu roma. Karena itu kalau sampai bahan itu dapat divalidasi bakal menjadi ancaman bagi kehormatan bangsa Indonesia kalau kasusnya diadukan ke Mahkamah Internasional. Barbarkah bangsa Indonesia?
Setelah semua rentetan kejadian ini tiba tiba ada izin diminta katanya oleh “Gerwani” untuk melakukan long march dari Gedung YLBHI di jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat menuju ke Lubang Buaya di perbatasan Jakarta Timur dengan Kabupaten Bekasi. Karena itu pantas kalau di Bekasi pada hari yang direncanakan itu, ada demo massa menolak rencana long march itu.
Kegaduhan memojokkan umat Islam dengan Angkatan Mujahidin Nasional (AMIN) yang disangka mengebom Masjid Istiqlal Jakarta belum lama ini dan gelombang pembunuhan baru di Aceh, apakah tidak patut dicurigai juga merupakan skenario Komas?
Wisdom yang harus dibangun guna memulihkan integritas Habibie adalah kembalilah pada kepolosannya (back to his originality) dg akal sehat selaku ilmuwan dan muslim taat saja,lepaskan sebanyak mungkin kendala (constrain) dengan menegakkan order yang luwes dapat memberi ruang gerak bagi dinamika seluruh elemen dlm system nasional agar tercapai keseimbangan baru. Nanti Ketika keseimbangan itu sudah Nampak stabil,bila perlu terapkan Langkah Langkah tegas dan berani. Kasihan kalau urusan burden masa lalu yang Habibie tidak turut tahu menahu duduk perkaranya seperti tuduhan kekejaman G 30 S /PKI iapun harus terkena getahnya juga.
Sumber : REPUBLIKA /, Minggu, 9 Mei 1999.
Kolom : Refleksi, halaman : 1 dan 11
Penulis : —